MAKALAH MEDIA
PEMBELAJARAN
“PROSEDUR
PENGEMBANGAN MODUL”
DISUSUN
OLEH :
Kelompok 2
Rahmadana
Mukhtar (16010108013)
Hilda Rahmadani
(16010108018)
Riska L. (16010108044)
Nursoleha Tri Oktafiani (16010108051)
Nursoleha Tri Oktafiani (16010108051)
PROGRAM
STUDI TADRIS BIOLOGI
FAKULTAS
TARBIYAH ILMU DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
KENDARI
2018
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah
Subhanahu Wa Ta’ala, karena berkat limpahan Rahmat, Hidayah dan Karunia-Nya
sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya
dalam makalah ini kami akan membahas mengenai ’’Prosedur Pengembangan Modul”.
Kami
juga mengucapkan terimakasih kepada Ibu Dr. Ambar Sri Lestari, M.Pd selaku dosen mata kuliah Media Pembelajaran
yang telah memberikan tugas ini. Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan
yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu saran serta kritik yang dapat
membangun dari pembaca sangat kami harapkan guna penyempurnaan pada makalah selanjutnya.
Harapan kami semoga makalah ini bisa
membantu menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga
kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat
lebih baik.
Demikian makalah ini kami buat, semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Kendari,
3 Maret 2018
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Modul merupakan bahan ajar cetak
yang dirancang untuk dapat dipelajari secara mandiri oleh peserta pembelajaran.
Modul disebut juga media untuk belajar mandiri karena di dalamnya telah dilengkapi petunjuk untuk
belajar sendiri. Artinya, pembaca dapat melakukan kegiatan belajar tanpa
kehadiran pengajar secara langsung. Bahasa, pola, dan sifat kelengkapan lainnya
yang terdapat dalam modul ini diatur sehingga ia seolah-olah merupakan “bahasa
pengajar” atau bahasa guru yang sedang memberikan pengajaran kepada
murid-muridnya. Maka dari itulah, media ini sering disebut bahan instruksional
mandiri. Pengajar tidak secara langsung
memberi pelajaran atau mengajarkan sesuatu kepada para murid-muridnya
dengan tatap muka, tetapi cukup dengan modul-modul ini.
Modul merupakan salah satu hasil
produk dari perkembangan teknologi instruksional yang menggabungkan keuntungan-
keuntungan dari berbagai pengajaran individual lainnya. Pengajaran modul telah
diujicobakan kepada sejumlah siswa Sekolah Proyek Perintis Pembangunan (SPPP) dan sebagian IKIP dan juga
pada lembaga pendidikan lainnya. Keefektifan pengajaran modul ini tampak sekali
hasilnya pada SD kecil, SMP terbuka dan universitas terbuka (UT) atau
pendidikan jarak jauh yang telah diterapkan di Indonesia. Modul dirumuskan
sebagai salah satu unit yang lengkap yang berdiri sendiri terdiri dari
rangkaian kegitan belajar yang disusun sebagai alat para siswa untuk
mempersiapkan sumber belajar. Telah disusun secara spesifik dan operasional.
Tujuan modul ini adalah untuk
membimbing siswa secara umum dalam merencanakan dan mengembangkan modul. Karena
itu isi modul ini lebih bersifat praktis dan lebih banyak berisi tentang
hal-hal atau rambu- rambu yang perlu diperhatikan dalam menulis modul.
Kompentensi yang anda kuasai setelah mempelajari modul ini adalah sebagai
berikut:
Kompetensi Dasar
|
Standar Kompetensi
|
Indikator
|
1.
Mengetahui
pengertian dan karakteristik modul
2.
Mengetahui
cara pengembangan modul
3.
Mengetahui
langkah-langkah pengembangan modul
4.
Mengetahui
kelemahan dan kelebihan pembelajaran dengan menggunakan modul
|
1.
Berkomunikasi
lisan dan tertulis menggunakan ragam bahasa yang sesuai dengan lancar dan
akurat dalam wacana interaksional dan/atau monolog terutama berkenaan dengan
wacana berbentuk naratif, prosedur, spoof/recount, report, dan news item.
|
1.
Mampu
menjelaskan pengertian modul dan fungsinya.
2.
Mampu menjelaskan berbagai cara pengembangan modul seperti; adaptasi, kompilasi, dan menulis.
|
B.
Rumusan Masalah
Adapun
rumusan masalah yang dapat diangkat dari makalah ini yaitu sebagai berikut:
1.
Apakah
pengertian dan karakteristik modul?
2.
Bagaimana
cara pengembangan modul?
3.
Bagaimana
langkah-langkah pengembangan modul?
4.
Apakah
kelemahan dan kelebihan pembelajaran dengan menggunakan modul?
C.
Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini yaitu
sebagai berikut:
1.
Untuk
mengetahui pengertian dan karakteristik modul
2.
Untuk
mengetahui cara pengembangan modul
3.
Untuk
mengetahui langkah-langkah pengembangan modul
4.
Untuk
mengetahui kelemahan dan kelebihan pembelajaran dengan menggunakan modul
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian dan Karakteristik Modul
1.
Modul
Modul
merupakan bahan ajar cetak yang dirancang untuk dapat dipelajari secara mandiri
oleh peserta pembelajaran. Modul disebut juga media untuk belajar mandiri karena di dalamnya telah dilengkapi petunjuk untuk
belajar sendiri. Artinya, pembaca dapat melakukan kegiatan belajar tanpa
kehadiran pengajar secara langsung. Bahasa, pola, dan sifat kelengkapan lainnya
yang terdapat dalam modul ini diatur sehingga ia seolah-olah merupakan “bahasa
pengajar” atau bahasa guru yang sedang memberikan pengajaran kepada
murid-muridnya. Maka dari itulah, media ini sering disebut bahan instruksional
mandiri. Pengajar tidak secara langsung
memberi pelajaran atau mengajarkan sesuatu kepada para murid-muridnya
dengan tatap muka, tetapi cukup dengan modul-modul ini.[1]
Modul
merupakan bahan ajar yang disusun secara sistematis dengan bahasa yang mudah dipahami oleh siswa, sesuai
usia dan tingkat pengetahuan mereka agar mereka dapat belajar secara mandiri dengan bimbingan minimal dari pendidik. Penggunaan modul dalam pembelajaran bertujuan agar siswa dapat
belajar mandiri tanpa atau dengan minimal dari guru.
Di dalam pembelajaran, guru hanya sebagai fasilitator. modul adalah
bagian kesatuan belajar yang terencana
yang dirancang untuk membantu siswa secara individual dalam mencapai tujuan belajarnya. Siswa yang
memiliki kecepatan tinggi dalam belajar
akan lebih cepat menguasai materi. Sementara itu, siswa yang memiliki kecepatan rendah dalam belajar bisa
belajar lagi dengan mengulangi bagian-bagian yang belum dipahami sampai
paham.[2] Sementara dalam pandangan lainnya, modul dimaknai sebagai
seperangkat bahan ajar yang disajikan secara sistematis sehingga penggunaannya
dapat belajar dengan atau tanpa seorang fasilitator atau guru. Dengan demikian,
maka sebuah modul harus dapat dijadikan sebuah bahan ajar sebagai pengganti
fungsi guru. Jika guru mempunyai fungsi menjelaskan sesuatu maka modul harus
mampu menjelaskan sesuatu dengan bahasa yang mudah diterima siswa sesuai dengan
tingkat pengetahuandan usianya.[3]
Dari
beberapa penjelasan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa modul pada dasarnya
merupakan sebuah bahan ajar yang disusun secara sistematis dengan menggunakan
bahasa yang mudah dipahami oleh siswa sesuai dengan tingkat pengetahuan dan
usianya agar mereka dapat belajar sendiri (mandiri) dengan bantuan atau
bimbingan yang minimal dari guru, Kemudian dengan modul, siswa juga dapat
mengukur sendiri tingkat penguasaannya terhadap materi yang dibahas pada setiap
satu satuan modul sehingga jika telah menguasainya, maka mereka dapat melanjutkan
pada satu satuan modul tingkat berikutnya. Dan sebaliknya, jika siswa belum
mampu maka mereka akan diminta untuk mengulangi dan mempelajari kembali.
Sementara itu, untuk menilai baik tidaknya atau bermakna tidaknya suatu modul
ditentukan oleh mudah tidaknya modul digunakan oleh siswa dalam kegiatan
pembelajaran.[4]
Modul
ialah suatu kesatuan yang utuh, terdiri
dari serangkaian kegiatan belajar, yang secara nyata telah memberikan hasil
belajar yang efektif dalam mencapai tujuan yang telah dirumuskan secara jelas
dan spesifik (Mbulu. 2001: 89). Modul mempunyai karakteristik: (1) memungkinkan
seseorang belajar secara mandiri dan tidak tergantung kepada pihak lain (self
instruction), (2) memuat seluruh materi yang dibutuhkan dalam pembelajaran (Self
Contained), (3) tidak tergantung
pada bahan ajar/media lain, atau tidak harus digunakan bersama-sama dengan
bahan ajar/media lain (berdiri Sendiri/Stand Alone), (4) memiliki daya
adaptasi yang tinggi terhadap perkembangan ilmu dan teknologi (adaptif),
(5) bersahabat/akrab dengan pemakainya (user
friendly) (Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.2008:4). Dalam
penelitian ini, modul ada modifikasi dari pengertian tersebut, yaitu modul
digunakan di kelas. Pada awal
pembelajaran siswa belajar menggunakan modul, tetapi pada pembahasan tetap
secara klasikal.[5]
2.
Karakteristik Modul
Modul merupakan alat atau sarana
pembelajaran yang berisi materi, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi
yang dirancang secara sistematis dan menarik untuk mencapai kompetensi yang
diharapkan sesuai dengan tingkat kompleksitasnya. Sebuah modul bisa dikatakan
baik dan menarik apabila terdapat karakteristik sebagai berikut:
1.
Self
Instructional; yaitu melalui
modul tersebut seseorang atau peserta belajar mampu membelajarkan diri sendiri,
tidak tergantung pada pihak lain. Untuk
memenuhi karakter self instructional, maka dalam modul harus:
a.
berisi tujuan yang dirumuskan dengan jelas
b.
berisi
materi pembelajaran yang dikemas ke dalam unit-unit kecil/spesifik sehingga
memudahkan belajar secara tuntas
c.
menyediakan
contoh dan ilustrasi yang mendukung kejelasan pemaparan materi pembelajaran
d.
menampilkan
soal-soal latihan, tugas dan sejenisnya yang memungkinkan pengguna memberikan
respon dan mengukur tingkat penguasaannya
e.
kontekstual
yaitu materi-materi yang disajikan terkait dengan suasana atau konteks tugas dan
lingkungan penggunanya
f.
menggunakan
bahasa yang sederhana dan komunikatif
g.
terdapat rangkuman materi pembelajaran
h.
terdapat
instrumen penilaian/assessment, yang memungkinkan penggunaan diklat melakukan “self
assessment”;
i.
terdapat
instrumen yang dapat digunakan penggunanya mengukur atau mengevaluasi tingkat penguasaan materi
j.
terdapat
umpan balik atas penilaian, sehingga penggunanya mengetahui tingkat penguasaan materi, dan
k.
tersedia
informasi tentang rujukan/pengayaan/referensi yang mendukung materi
pembelajaran dimaksud.
2.
Self
Contained; yaitu seluruh
materi pembelajaran dari satu unit kompetensi atau sub kompetensi yang dipelajari terdapat di dalam satu modul secara utuh. Tujuan dari konsep ini adalah memberikan kesempatan pembelajar mempelajari materi pembelajaran yang tuntas,karena materi dikemas ke dalam satu kesatuan
yang utuh. Jika harus dilakukan pembagian atau pemisahan materi dari satu unit kompetensi harus dilakukan dengan hati-hati dan memperhatikan keluasan kompetensi yang harus dikuasai.
3.
Stand
Alone (berdiri sendiri); yaitu modul yang
dikembangkan tidak tergantung pada
media lain atau tidak harus digunakan bersama-sama dengan media pembelajaran lain. Dengan menggunakan modul, pebelajar
tidak tergantung dan harus menggunakan media yang lain untuk mempe lajari dan
atau mengerjakan tugas pada modul tersebut. Jika masih menggunakan dan
bergantung pada media lain selain modul yang digunakan, maka media tersebut
tidak dikategorikan sebagai media yang berdiri sendiri.
4.
Adaptive;
modul hendaknya memiliki daya adaptif yang tinggi terhadap perkembangan
ilmu dan teknologi. Dikatakan adaptif jika modul dapat menyesuaikan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta fleksibel digunakan. Dengan
memperhatikan percepatan perkembangan ilmu dan teknologi pengembangan modul
multimedia hendaknya tetap “up to
date”. Modul yang adaptif adalah jika isi materi pembelajaran dapat
digunakan sampai dengan kurun waktu tertentu.
5.
User
Friendly; modul hendaknya bersahabat dengan
pemakainya. Setiap instruksi dan paparan informasi yang tampil bersifat membantu dan bersahabat dengan pemakainya, termasuk
kemudahan pemakai dalam merespon, mengakses sesuai dengan keinginan. Penggunaan
bahasa yang sederhana, mudah dimengerti serta menggunakan istilah yang umum digunakan merupakan salah satu bentuk user friendly.[6]
B.
Cara Pengembangan Modul
Pengembangan
modul dapat dilakukan dengan berbagai cara
antara lain adaptasi, kompilasi, dan menulis sendiri.
antara lain adaptasi, kompilasi, dan menulis sendiri.
1.
Modul adaptasi
adalah modul yang dikembangkan dengan menentukan salah satu buku yang ada dipasaran, kemudian
menggunakannya secara utuh atau sebagian materi yang relevan
untuk dipembelajarannya.
2.
Modul kompilasi adalah modul yang dikembangkan berdasarkan materi dalam buku-buku yang ada di pasaran, artikel jurnal ilmiah, atau modul
yang sudah ada sebelumnya dengan menggunakan
garis-garis besar program pembelajaran
atau silabus yang disusun oleh penulis sebelumnya.
3.
Modul
dengan menulis sendiri yaitu penulis menulis sendiri modul yang dipergunakan dalam pembelajaran sesuai
dengan kebutuhan siswa dalam suatu mata
pelajaran (Purwanto & dkk, 2007). Dalam
pengembangan modul ini penulis menggunakan metode kompilasi, karena masih menggunakan beberapa referensi
untuk menyusun kegiatan pembelajaran.[7]
C.
Langkah-langkah Pengembangan Modul
Prosedur pengembangan modul terdiri dari
beberapa langkah , yaitu :
1.
Analisis
pendahuluan (mengkaji permasalahan yang berhubungan dengan modul, meliputi
pengertian, karakteristik, komponen,
prosedur pengembangan, kelebihan dan kekurangan modul),
2.
Penyusunan
modul (menentukan materi, pokok- pokok bahasan, tujuan pembelajaran, menyusun
isi, perangkat evaluasi dan kelengkapan modul), dan
3.
Validasi
dan revisi (menentukan desain validasi validator, jenis data yang digunakan,
instrumen pengumpulan data, proses validasi, analisis data dan revisi modul).[8]
Penulisan
modul merupakan proses penyusunan materi pembelajaran yang dikemas secara sistematis sehingga siap
dipelajari oleh pebelajar untuk mencapai kompetensi
atau sub kompetensi. Penyusunan modul belajar mengacu pada kompetensi yang
terdapat di dalam tujuan yang ditetapkan. Terkait dengan hal tersebut dilakukan
langkah-langkah sebagai berikut:
1.
Analisis Kebutuhan Modul
Analisis kebutuhan modul merupakan kegiatan
menganalisis
kompetensi/ tujuan untuk menentukan jumlah dan judul modul yang
dibutuhkan untuk mencapai suatu kompetensi tersebut. Penetapan judul modul didasarkan pada kompetensi yang terdapat pada garis-garis besar program yang ditetapkan. Analisis kebutuhan modul bertujuan untuk mengidentifikasi dan menetapkan jumlah dan judul modul yang harus dikembangkan. Analisis kebutuhan modul dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut:
kompetensi/ tujuan untuk menentukan jumlah dan judul modul yang
dibutuhkan untuk mencapai suatu kompetensi tersebut. Penetapan judul modul didasarkan pada kompetensi yang terdapat pada garis-garis besar program yang ditetapkan. Analisis kebutuhan modul bertujuan untuk mengidentifikasi dan menetapkan jumlah dan judul modul yang harus dikembangkan. Analisis kebutuhan modul dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut:
a. Tetapkan
kompetensi yang terdapat di dalam garis-garis besar program pembelajaran yang akan disusun modulnya;
b. Identifikasi
dan tentukan ruang lingkup unit kompetensi tersebut;
c. Identifikasi dan tentukan pengetahuan, keterampilan, dan sikap
yang dipersyaratkan;
d. Tentukan judul modul yang akan ditulis
e. Kegiatan
analisis kebutuhan modul dilaksanakan pada periode awal pengembangan
2.
Penyusunan Draft
Penyusunan draft modul
merupakan proses penyusunan dan pengorganisasian materi pembelajaran dari suatu kompetensi atau
sub kompetensi menjadi satu kesatuan yang
sistematis. Penyusunan draft modul bertujuan menyediakan draft suatu
modul sesuai dengan kompetensi atau sub kompetensi yang telah ditetapkan.
Penulisan draft modul dapat dilaksanakan dengan mengikuti
langkah-langkah sebagai berikut :
a.
Tetapkan
judul modul
b.
Tetapkan
tujuan akhir yaitu kemampuan yang harus dicapai oleh peserta didik setelah selesai mempelajari satu modul
c.
Tetapkan
tujuan antara yaitu kemampuan spesifik yang menunjang tujuan akhir
d.
Tetapkan
garis-garis besar atau outline modul
e.
Kembangkan
materi pada garis-garis besar
f.
Periksa
ulang draft yang telah dihasilkan
Kegiatan penyusunan draft modul hendaknya menghasilkan draft modul yang sekurang-kurangnya mencakup:
a. Judul modul; menggambarkan materi yang akan dituangkan di dalam modul;
b. Kompetensi atau sub kompetensi yang akan dicapai setelah
menyelesai kan mempelajari modul;
c. Tujuan terdiri atas tujuan akhir dan tujuan antara yang akan
dicapai peserta didik setelah mempelajari modul;
d. Materi pelatihan yang berisi pengetahuan, keterampilan, dan sikap
yang harus dipelajari dan dikuasai oleh peserta didik;
e. Prosedur atau kegiatan pelatihan yang harus diikuti oleh peserta
didik untuk mempelajari modul;
f. Soal-soal, latihan, dan atau tugas yang harus dikerjakan atau
diselesaikan oleh peserta didik;
g. Evaluasi atau penilaian yang berfungsi mengukur kemampuan peserta
didik dalam menguasai modul;
h. Kunci jawaban dari soal, latihan dan atau pengujian
3.
Uji Coba
Uji
coba draft modul adalah kegiatan penggunaan modul pada peserta terbatas, untuk
mengetahui keterlaksanaan dan manfaat modul dalam pembelajaran sebelum modul
tersebut digunakan secara umum. Uji coba draft modul bertujuan untuk;
a.
mengetahui
kemampuan dan kemudahan peserta dalam memahami dan menggunakan modul;
b.
mengetahui
efisiensi waktu belajar dengan menggunakan modul; dan
c.
mengetahui
efektifitas modul dalam membantu peserta mempelajari dan menguasai materi pembelajaran.
Untuk melakukan uji coba draft
modul dapat diikuti langkah-langkah sebagai berikut.
a.
Siapkan
dan gandakan draft modul yang akan diuji cobakan sebanyak peserta yang
akan diikutkan dalam uji coba.
b.
Susun
instrumen pendukung uji coba.
c.
Distribusikan
draft modul dan instrumen pendukung uji coba kepada peserta uji coba.
d.
Informasikan
kepada peserta uji coba tentang tujuan uji coba dan kegiatan yang harus dilakukan oleh peserta uji coba.
e.
Kumpulkan
kembali draft modul dan instrumen uji coba.
f.
Proses
dan simpulkan hasil pengumpulan masukan yang dijaring melalui instrumen uji
coba.
Dari hasil uji coba diharapkan diperoleh
masukan sebagai bahan penyempurnaan draft modul yang diuji cobakan.
Terdapat dua macam uji coba yaitu uji coba dalam kelompok kecil dan uji coba
lapangan. Uji coba kelompok kecil adalah uji coba yang dilakukan hanya kepada 2
- 4 peserta didik, sedangkan uji coba lapangan adalah uji coba yang dilakukan
kepada peserta dengan jumlah 20 – 30 peserta didik.
4.
Validasi
Validasi adalah proses permintaan
persetujuan atau pengesahan terhadap kesesuaian modul dengan kebutuhan. Untuk
mendapatkan penga kuan kesesuaian tersebut, maka validasi perlu dilakukan
dengan melibatkan pihak praktisi yang ahli sesuai dengan bidang-bidang terkait
dalam modul. Validasi modul bertujuan untuk memperoleh pengakuan atau
pengesahan kesesuaian modul dengan kebutuhan sehingga modul tersebut layak dan
cocok digunakan dalam pembelajaran. Validasi modul meliputi: isi materi atau
substansi modul; penggunaan bahasa; serta penggunaan metode instruksional.
Validasi dapat dimintakan dari beberapa
pihak sesuai dengan keahliannya masing-masing antara lain;
a.
ahli
substansi dari industri untuk isi atau materi modul;
b.
ahli
bahasa untuk penggunaan bahasa; atau
c.
ahli
metode instruksional untuk penggunaan instruksional guna mendapatkan masukan
yang komprehensif dan obyektif.
Untuk melakukan validasi draft modul dapat diikuti
langkah-langkah sebagai berikut.
a.
Siapkan
dan gandakan draft modul yang akan divalidasi sesuai dengan banyaknya validator yang terlibat.
b.
Susun
instrumen pendukung validasi.
c.
Distribusikan
draft modul dan instrumen validasi kepada peserta validator.
d.
Informasikan
kepada validator tentang tujuan validasi dan kegiatan yang harus dilakukan oleh
validator.
e.
Kumpulkan
kembali draft modul dan instrumen validasi.
f.
Proses
dan simpulkan hasil pengumpulan masukkan yang dijaring melalui instrumen
validasi.
Dari kegiatan validasi draft
modul akan dihasilkan draft modul yang mendapat masukkan dan persetujuan
dari para validator, sesuai dengan bidangnya. Masukkan tersebut digunakan
sebagai bahan penyempurnaan modul.
5.
Revisi
Revisi atau perbaikan merupakan proses
penyempurnaan modul setelah memperoleh masukan dari kegiatan uji coba dan
validasi. Kegiatan revisi draft modul bertujuan untuk melakukan
finalisasi atau penyempurnaan akhir yang komprehensif terhadap modul, sehingga
modul siap diproduksi sesuai dengan masukkan yang diperoleh dari kegiatan
sebelumnya, maka perbaikan modul harus
mencakup aspek-aspek penting penyusunan modul diantaranya yaitu;
a.
pengorganisasian
materi pembelajaran;
b.
penggunaan
metode instruksional;
c.
penggunaan
bahasa; dan
d.
pengorganisasian
tata tulis dan perwajahan.
Mengacu pada prinsip peningkatan mutu
berkesinambungan, secara terus menerus modul dapat ditinjau ulang dan
diperbaiki.[9]
D.
Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran
dengan Menggunakan Modul
Modul mempunyai kelebihan
dan kelemahan sebagaimana yang dikemukakan oleh Vembriarto (1981: 25).
Kelebihan menggunakan modul dalam proses belajar mengajar antara lain:
1. Mengatasi keterbatasan waktu, ruang, dan daya indera, baik siswa maupun
guru.
2. Dapat digunakan secara tepat dan bervariasi, seperti untuk
meningkatkan motivasi atau gairah belajar, mengembangkan kemampuan dalam
berinteraksi langsung dengan lingkungan belajar.
3. Memungkinkan siswa dapat mengukur atau mengevaluasi sendiri hasil
belajarnya.
4. Siswa lebih aktif belajar.
5. Guru dapat berperan sebagai pembimbing, bukan semata-mata sebagai
pengajar.
6. Membiasakan siswa untuk percaya pada diri sendiri.
7. Adanya kompetisi yang sehat antar siswa.
8. Dapat meringankan beban guru.
9. Belajar lebih efektif, dan evaluasi perbaikan yang cukup berarti.
10. Sistem ini dapat menyerap perhatian anak sehingga pelajaran menunjukkan
lebih berhasil apabila dibandingkan dengan ceramah.
Kelemahan penggunaan modul dalam proses pembelajaran sebagaimana
yang dikemukakan oleh
Vembriarto antara lain:
1. Kesukaran pada siswa tidak segera dibatasi.
2. Tidak semua siswa dapat belajar sendiri, melainkan membutuhkan bantuan
guru.
3. Tidak semua bahan dapat dimodulkan dan tidak semua guru mengetahui
cara pelaksanaan pembelajaran menggunakan modul.
4. Kesukaran penyiapan bahan dan memerlukan banyak biaya dalam pembuatan
modul.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1. Modul ialah suatu kesatuan yang utuh, terdiri dari serangkaian kegiatan belajar,
yang secara nyata telah memberikan hasil belajar yang efektif dalam mencapai
tujuan yang telah dirumuskan secara jelas dan spesifik (Mbulu. 2001: 89). Modul
mempunyai karakteristik: (1) memungkinkan seseorang belajar secara mandiri dan
tidak tergantung kepada pihak lain (self instruction), (2) memuat
seluruh materi yang dibutuhkan dalam pembelajaran (Self Contained), (3) tidak tergantung pada bahan ajar/media lain,
atau tidak harus digunakan bersama-sama dengan bahan ajar/media lain (berdiri
Sendiri/Stand Alone), (4) memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap
perkembangan ilmu dan teknologi (adaptif), (5) bersahabat/akrab dengan pemakainya (user
friendly) (Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.2008:4). Dalam
penelitian ini, modul ada modifikasi dari pengertian tersebut, yaitu modul
digunakan di kelas. Pada awal
pembelajaran siswa belajar menggunakan modul, tetapi pada pembahasan tetap
secara klasikal.
2. Pengembangan modul dapat dilakukan dengan berbagai cara
antara lain adaptasi yaitu modul yang dikembangkan dengan menentukan salah satu buku yang ada dipasaran, kemudian menggunakannya secara utuh atau sebagian materi yang relevan untuk dipembelajarannya; kompilasi yaitu modul yang dikembangkan berdasarkan materi dalam buku-buku yang ada di pasaran, artikel jurnal ilmiah, atau modul yang sudah ada sebelumnya dengan menggunakan garis-garis besar program pembelajaran atau silabus yang disusun oleh penulis sebelumnya; dan menulis sendiri yaitu penulis menulis sendiri modul yang dipergunakan dalam pembelajaran sesuai dengan kebutuhan siswa dalam suatu mata pelajaran (Purwanto & dkk, 2007). Dalam pengembangan modul ini penulis menggunakan metode kompilasi, karena masih menggunakan beberapa referensi untuk menyusun kegiatan pembelajaran.
antara lain adaptasi yaitu modul yang dikembangkan dengan menentukan salah satu buku yang ada dipasaran, kemudian menggunakannya secara utuh atau sebagian materi yang relevan untuk dipembelajarannya; kompilasi yaitu modul yang dikembangkan berdasarkan materi dalam buku-buku yang ada di pasaran, artikel jurnal ilmiah, atau modul yang sudah ada sebelumnya dengan menggunakan garis-garis besar program pembelajaran atau silabus yang disusun oleh penulis sebelumnya; dan menulis sendiri yaitu penulis menulis sendiri modul yang dipergunakan dalam pembelajaran sesuai dengan kebutuhan siswa dalam suatu mata pelajaran (Purwanto & dkk, 2007). Dalam pengembangan modul ini penulis menggunakan metode kompilasi, karena masih menggunakan beberapa referensi untuk menyusun kegiatan pembelajaran.
DAFTAR
PUSTAKA
Anggun, A.
2008. Pengertian dan Karakteristik Modul . Bandung.
Direktorat
Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Penulisan Modul. Jakarta.
Khairunnisa,
Ulfa. 2016. Pengembangan E-Modul Materi Coreldraw
X6 Pada Mata Pelajaran Prakarya Dan Kewirausahaan
Untuk Siswa Sekolah Menengah Atas Kelas X, Yogyakarta:
Universitas negeri Yogyakarta.
Muslim,
Bahtiar. 2014. Efektivitas Penggunaan Modul
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Upaya Pencapaian Hasil Belajar
Siswa Kelas IX SMP Negeri 4 Kalasan. Yogyakarta:
Universitas Negeri Yogyakarta.
Prastowo, Andi
. 2014. Pengembangan Bahan Ajar Tematik, Cet. I. Jakarta: Kencana.
Shofan, Moh.
dkk. 2010. Pengembangan Modul Pembelajaran
Bilangan Bulat Dengan Pendekatan Kontekstual
Untuk Siswa Kelas IV SD/MI. Malang:
Universitas Negeri Malang.
[1]
Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan
Mutu Pendidik Dan Tenaga
Kependidikan Departemen Pendidikan
Nasional, Penulisan Modul, (Jakarta:
2008) hlm. 3
[2]
A. Anggun, Pengertian dan Karakteristik Modul (Bandung: 2008)
hlm.6
[3]
Dikutip dari Tim penyusun Direktorat Pembinaa Sekolah Menengah Atas Dirjen Manajemen
Pendidikan Dasar dan Menengah Depdiknas dalam Buku Andi Prastowo, Pengembangan
Bahan Ajar Tematik Cet.I, (Jakarta:Kencana, 2014) hlm. 208
[4]
Andi Prastowo, Pengembangan Bahan Ajar Tematik, Cet. I,
(Jakarta:Kencana, 2014) hlm. 209
[5]
Moh. Shofan, dkk., Pengembangan
Modul Pembelajaran Bilangan Bulat Dengan Pendekatan Kontekstual Untuk Siswa Kelas IV SD/MI, (Universitas
Negeri Malang, Malang:2010) hlm. 1-2
[6]
Penulisan Modul, Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional, (Jakarta: 2008)
hlm.
3-5
[7]
Ulfa Khairunnisa, Pengembangan
E-Modul Materi Coreldraw X6 Pada Mata Pelajaran Prakarya
Dan Kewirausahaan Untuk Siswa Sekolah Menengah Atas Kelas X, (Universitas
negeri Yogyakarta: Yogyakarta, 2016) hlm. 22-23
[8]
Moh. Shofan, dkk., Pengembangan Modul Pembelajaran Bilangan Bulat Dengan Pendekatan
Kontekstual Untuk Siswa Kelas IV SD/MI,
(Universitas Negeri Malang, Malang:2010) hlm. 3
[9]
Direktorat
Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional, Penulisan
Modul,
(Jakarta: 2008) hlm. 12-16
[10]
Bahtiar Muslim, Efektivitas
Penggunaan Modul Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Upaya Pencapaian
Hasil Belajar Siswa Kelas IX SMP Negeri
4 Kalasan, (Universitas Negeri Yogyakarta: 2014) hlm. 27-28.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar