Sabtu, 05 Mei 2018

Makalah Media Pembelajaran


MAKALAH MEDIA PEMBELAJARAN

“PROSEDUR PENGEMBANGAN MODUL


DISUSUN OLEH :
Kelompok 2
Rahmadana Mukhtar                                (16010108013)
Hilda Rahmadani                                      (16010108018)
Riska L.                                                    (16010108044)
Nursoleha Tri Oktafiani                            (16010108051)


PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI
FAKULTAS TARBIYAH ILMU DAN KEGURUAN 
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
KENDARI
2018




KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb
      Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala, karena berkat limpahan Rahmat, Hidayah dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya dalam makalah ini kami akan membahas mengenai ’’Prosedur Pengembangan Modul”.
      Kami juga mengucapkan terimakasih kepada Ibu Dr. Ambar Sri Lestari, M.Pd  selaku dosen mata kuliah Media Pembelajaran yang telah memberikan tugas ini. Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu saran serta kritik yang dapat membangun dari pembaca sangat kami harapkan guna penyempurnaan pada makalah selanjutnya.
      Harapan kami semoga makalah ini bisa membantu menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
      Demikian makalah ini kami buat, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
      Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
                                                                                                  Kendari, 3 Maret 2018




BAB I
PENDAHULUAN

A.           Latar Belakang

Modul merupakan bahan ajar cetak yang dirancang untuk dapat dipelajari secara mandiri oleh peserta pembelajaran. Modul disebut juga media untuk belajar mandiri karena di dalamnya telah dilengkapi petunjuk untuk belajar sendiri. Artinya, pembaca dapat melakukan kegiatan belajar tanpa kehadiran pengajar secara langsung. Bahasa, pola, dan sifat kelengkapan lainnya yang terdapat dalam modul ini diatur sehingga ia seolah-olah merupakan “bahasa pengajar” atau bahasa guru yang sedang memberikan pengajaran kepada murid-muridnya. Maka dari itulah, media ini sering disebut bahan instruksional mandiri. Pengajar tidak secara langsung  memberi pelajaran atau mengajarkan sesuatu kepada para murid-muridnya dengan tatap muka, tetapi cukup dengan modul-modul ini.

Modul merupakan salah satu hasil produk dari perkembangan teknologi instruksional yang menggabungkan keuntungan- keuntungan dari berbagai pengajaran individual lainnya. Pengajaran modul telah diujicobakan kepada sejumlah siswa Sekolah Proyek Perintis  Pembangunan (SPPP) dan sebagian IKIP dan juga pada lembaga pendidikan lainnya. Keefektifan pengajaran modul ini tampak sekali hasilnya pada SD kecil, SMP terbuka dan universitas terbuka (UT) atau pendidikan jarak jauh yang telah diterapkan di Indonesia. Modul dirumuskan sebagai salah satu unit yang lengkap yang berdiri sendiri terdiri dari rangkaian kegitan belajar yang disusun sebagai alat para siswa untuk mempersiapkan sumber belajar. Telah disusun secara spesifik dan operasional.
Tujuan modul ini adalah untuk membimbing siswa secara umum dalam merencanakan dan mengembangkan modul. Karena itu isi modul ini lebih bersifat praktis dan lebih banyak berisi tentang hal-hal atau rambu- rambu yang perlu diperhatikan dalam menulis modul. Kompentensi yang anda kuasai setelah mempelajari modul ini adalah sebagai berikut:

Kompetensi Dasar
Standar Kompetensi
Indikator
1.    Mengetahui pengertian dan karakteristik modul
2.    Mengetahui cara pengembangan modul
3.    Mengetahui langkah-langkah pengembangan modul
4.    Mengetahui kelemahan dan kelebihan pembelajaran dengan menggunakan modul
1.      Berkomunikasi lisan dan tertulis menggunakan ragam bahasa yang sesuai dengan lancar dan akurat dalam wacana interaksional dan/atau monolog terutama berkenaan dengan wacana berbentuk naratif, prosedur, spoof/recount, report, dan news item.
1.      Mampu menjelaskan pengertian modul dan fungsinya.
2.      Mampu menjelaskan berbagai cara pengembangan modul seperti; adaptasi, kompilasi, dan menulis.

B.            Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dapat diangkat dari makalah ini yaitu sebagai berikut:
1.        Apakah pengertian dan karakteristik modul?
2.        Bagaimana cara pengembangan modul?
3.        Bagaimana langkah-langkah pengembangan modul?
4.        Apakah kelemahan dan kelebihan pembelajaran dengan menggunakan modul?

C.           Tujuan

Adapun tujuan dari makalah ini yaitu sebagai berikut:
1.        Untuk mengetahui pengertian dan karakteristik modul
2.        Untuk mengetahui cara pengembangan modul
3.        Untuk mengetahui langkah-langkah pengembangan modul
4.        Untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan pembelajaran dengan menggunakan modul


BAB II
PEMBAHASAN

A.           Pengertian dan Karakteristik Modul
1.      Modul
Modul merupakan bahan ajar cetak yang dirancang untuk dapat dipelajari secara mandiri oleh peserta pembelajaran. Modul disebut juga media untuk belajar mandiri karena di dalamnya telah dilengkapi petunjuk untuk belajar sendiri. Artinya, pembaca dapat melakukan kegiatan belajar tanpa kehadiran pengajar secara langsung. Bahasa, pola, dan sifat kelengkapan lainnya yang terdapat dalam modul ini diatur sehingga ia seolah-olah merupakan “bahasa pengajar” atau bahasa guru yang sedang memberikan pengajaran kepada murid-muridnya. Maka dari itulah, media ini sering disebut bahan instruksional mandiri. Pengajar tidak secara langsung  memberi pelajaran atau mengajarkan sesuatu kepada para murid-muridnya dengan tatap muka, tetapi cukup dengan modul-modul ini.[1]
Modul merupakan bahan ajar yang disusun secara sistematis dengan  bahasa yang mudah dipahami oleh siswa, sesuai usia dan tingkat  pengetahuan mereka agar mereka dapat belajar secara mandiri dengan bimbingan minimal dari pendidik.  Penggunaan modul dalam pembelajaran bertujuan agar siswa dapat belajar  mandiri tanpa atau dengan minimal dari guru. Di dalam pembelajaran,  guru hanya sebagai fasilitator. modul adalah bagian kesatuan belajar yang  terencana yang dirancang untuk membantu siswa secara individual dalam  mencapai tujuan belajarnya. Siswa yang memiliki kecepatan tinggi dalam  belajar akan lebih cepat menguasai materi. Sementara itu, siswa yang  memiliki kecepatan rendah dalam belajar bisa belajar lagi dengan mengulangi bagian-bagian yang belum dipahami sampai paham.[2] Sementara dalam pandangan lainnya, modul dimaknai sebagai seperangkat bahan ajar yang disajikan secara sistematis sehingga penggunaannya dapat belajar dengan atau tanpa seorang fasilitator atau guru. Dengan demikian, maka sebuah modul harus dapat dijadikan sebuah bahan ajar sebagai pengganti fungsi guru. Jika guru mempunyai fungsi menjelaskan sesuatu maka modul harus mampu menjelaskan sesuatu dengan bahasa yang mudah diterima siswa sesuai dengan tingkat pengetahuandan usianya.[3]
Dari beberapa penjelasan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa modul pada dasarnya merupakan sebuah bahan ajar yang disusun secara sistematis dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh siswa sesuai dengan tingkat pengetahuan dan usianya agar mereka dapat belajar sendiri (mandiri) dengan bantuan atau bimbingan yang minimal dari guru, Kemudian dengan modul, siswa juga dapat mengukur sendiri tingkat penguasaannya terhadap materi yang dibahas pada setiap satu satuan modul sehingga jika telah menguasainya, maka mereka dapat melanjutkan pada satu satuan modul tingkat berikutnya. Dan sebaliknya, jika siswa belum mampu maka mereka akan diminta untuk mengulangi dan mempelajari kembali. Sementara itu, untuk menilai baik tidaknya atau bermakna tidaknya suatu modul ditentukan oleh mudah tidaknya modul digunakan oleh siswa dalam kegiatan pembelajaran.[4]
Modul ialah suatu kesatuan yang utuh,  terdiri dari serangkaian kegiatan belajar, yang secara nyata telah memberikan hasil belajar yang efektif dalam mencapai tujuan yang telah dirumuskan secara jelas dan spesifik (Mbulu. 2001: 89). Modul mempunyai karakteristik: (1) memungkinkan seseorang belajar secara mandiri dan tidak tergantung kepada pihak lain (self instruction), (2) memuat seluruh materi yang dibutuhkan dalam pembelajaran (Self Contained), (3)  tidak tergantung pada bahan ajar/media lain, atau tidak harus digunakan bersama-sama dengan bahan ajar/media lain (berdiri Sendiri/Stand Alone), (4) memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap perkembangan ilmu dan teknologi (adaptif), (5)  bersahabat/akrab dengan pemakainya (user friendly) (Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.2008:4). Dalam penelitian ini, modul ada modifikasi dari pengertian tersebut, yaitu modul digunakan di kelas.  Pada awal pembelajaran siswa belajar menggunakan modul, tetapi pada pembahasan tetap secara klasikal.[5]
2.      Karakteristik Modul
Modul merupakan alat atau sarana pembelajaran yang berisi materi, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang dirancang secara sistematis dan menarik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan sesuai dengan tingkat kompleksitasnya. Sebuah modul bisa dikatakan baik dan menarik apabila terdapat karakteristik sebagai berikut:
    1.             Self Instructional; yaitu melalui modul tersebut seseorang atau peserta  belajar mampu membelajarkan diri sendiri, tidak tergantung pada pihak lain. Untuk memenuhi karakter self instructional, maka dalam modul harus:
a.       berisi tujuan yang dirumuskan dengan jelas
b.      berisi materi pembelajaran yang dikemas ke dalam unit-unit kecil/spesifik sehingga memudahkan belajar secara tuntas
c.       menyediakan contoh dan ilustrasi yang mendukung kejelasan        pemaparan materi pembelajaran
d.      menampilkan soal-soal latihan, tugas dan sejenisnya yang memungkinkan pengguna memberikan respon dan mengukur tingkat penguasaannya
e.       kontekstual yaitu materi-materi yang disajikan terkait dengan suasana atau konteks tugas dan lingkungan penggunanya
f.       menggunakan bahasa yang sederhana dan komunikatif
g.      terdapat rangkuman materi pembelajaran
h.      terdapat instrumen penilaian/assessment, yang memungkinkan penggunaan diklat melakukan “self assessment”;
i.        terdapat instrumen yang dapat digunakan penggunanya mengukur atau  mengevaluasi tingkat penguasaan materi
j.        terdapat umpan balik atas penilaian, sehingga penggunanya mengetahui tingkat penguasaan materi, dan
k.      tersedia informasi tentang rujukan/pengayaan/referensi yang mendukung materi pembelajaran dimaksud.

2.             Self Contained; yaitu seluruh materi pembelajaran dari satu unit  kompetensi atau sub kompetensi yang dipelajari terdapat di dalam satu modul secara utuh. Tujuan dari konsep ini adalah memberikan kesempatan pembelajar mempelajari materi pembelajaran yang tuntas,karena materi dikemas ke dalam satu kesatuan yang utuh. Jika harus dilakukan pembagian atau pemisahan materi dari satu unit kompetensi harus dilakukan dengan hati-hati dan memperhatikan keluasan kompetensi yang harus dikuasai.
3.             Stand Alone (berdiri sendiri); yaitu modul yang dikembangkan tidak tergantung pada media lain atau tidak harus digunakan bersama-sama dengan media pembelajaran lain. Dengan menggunakan modul, pebelajar tidak tergantung dan harus menggunakan media yang lain untuk mempe lajari dan atau mengerjakan tugas pada modul tersebut. Jika masih menggunakan dan bergantung pada media lain selain modul yang digunakan, maka media tersebut tidak dikategorikan sebagai media yang berdiri sendiri.
4.             Adaptive; modul hendaknya memiliki daya adaptif yang tinggi terhadap perkembangan ilmu dan teknologi. Dikatakan adaptif jika modul dapat menyesuaikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta fleksibel digunakan. Dengan memperhatikan percepatan perkembangan ilmu dan teknologi pengembangan modul multimedia hendaknya tetap  up to date”. Modul yang adaptif adalah jika isi materi pembelajaran dapat digunakan sampai dengan kurun waktu tertentu.
5.             User Friendly; modul hendaknya bersahabat dengan pemakainya. Setiap instruksi dan paparan informasi yang tampil bersifat membantu dan bersahabat dengan pemakainya, termasuk kemudahan pemakai dalam merespon, mengakses sesuai dengan keinginan. Penggunaan bahasa yang sederhana, mudah dimengerti serta menggunakan istilah yang umum digunakan merupakan salah satu bentuk user friendly.[6]

B.            Cara Pengembangan Modul
Pengembangan modul dapat dilakukan dengan berbagai cara
antara lain adaptasi, kompilasi, dan menulis sendiri.
1.             Modul adaptasi adalah modul yang dikembangkan dengan menentukan  salah satu buku yang ada dipasaran, kemudian menggunakannya  secara utuh atau sebagian materi yang relevan untuk  dipembelajarannya.
2.             Modul kompilasi adalah modul yang  dikembangkan berdasarkan materi dalam buku-buku yang ada di  pasaran, artikel jurnal ilmiah, atau modul yang sudah ada  sebelumnya dengan menggunakan garis-garis besar program  pembelajaran atau silabus yang disusun oleh penulis sebelumnya.
3.             Modul dengan menulis sendiri yaitu penulis menulis sendiri modul  yang dipergunakan dalam pembelajaran sesuai dengan kebutuhan  siswa dalam suatu mata pelajaran (Purwanto & dkk, 2007). Dalam  pengembangan modul ini penulis menggunakan metode kompilasi,  karena masih menggunakan beberapa referensi untuk menyusun  kegiatan pembelajaran.[7]

C.           Langkah-langkah Pengembangan Modul
Prosedur pengembangan modul terdiri dari beberapa langkah , yaitu :
1.                  Analisis pendahuluan (mengkaji permasalahan yang berhubungan dengan modul, meliputi pengertian,  karakteristik, komponen, prosedur pengembangan, kelebihan dan kekurangan modul),
2.                  Penyusunan modul (menentukan materi, pokok- pokok bahasan, tujuan pembelajaran, menyusun isi, perangkat evaluasi dan kelengkapan modul), dan
3.                  Validasi dan revisi (menentukan desain validasi validator, jenis data yang digunakan, instrumen pengumpulan data, proses validasi, analisis data dan revisi modul).[8]
Penulisan modul merupakan proses penyusunan materi pembelajaran yang dikemas secara sistematis sehingga siap dipelajari oleh pebelajar untuk mencapai kompetensi atau sub kompetensi. Penyusunan modul belajar mengacu pada kompetensi yang terdapat di dalam tujuan yang ditetapkan. Terkait dengan hal tersebut dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1.        Analisis Kebutuhan Modul
Analisis kebutuhan modul merupakan kegiatan menganalisis
kompetensi/ tujuan untuk menentukan jumlah dan judul modul yang
dibutuhkan untuk mencapai suatu kompetensi tersebut. Penetapan judul modul didasarkan pada kompetensi yang terdapat pada garis-garis besar
program yang ditetapkan. Analisis kebutuhan modul bertujuan untuk mengidentifikasi dan menetapkan jumlah dan judul modul yang harus dikembangkan. Analisis kebutuhan modul dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut:
a.    Tetapkan kompetensi yang terdapat di dalam garis-garis besar program  pembelajaran yang akan disusun modulnya;
b.    Identifikasi dan tentukan ruang lingkup unit kompetensi tersebut;
c.    Identifikasi dan tentukan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dipersyaratkan;
d.   Tentukan judul modul yang akan ditulis
e.    Kegiatan analisis kebutuhan modul dilaksanakan pada periode awal pengembangan

2.        Penyusunan Draft
Penyusunan draft modul merupakan proses penyusunan dan pengorganisasian materi pembelajaran dari suatu kompetensi atau sub kompetensi menjadi satu kesatuan yang sistematis. Penyusunan draft modul bertujuan menyediakan draft suatu modul sesuai dengan kompetensi atau sub kompetensi yang telah ditetapkan. Penulisan draft modul dapat dilaksanakan dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :
a.       Tetapkan judul modul
b.       Tetapkan tujuan akhir yaitu kemampuan yang harus dicapai oleh peserta  didik setelah selesai mempelajari satu modul
c.       Tetapkan tujuan antara yaitu kemampuan spesifik yang menunjang tujuan akhir
d.      Tetapkan garis-garis besar atau outline modul
e.       Kembangkan materi pada garis-garis besar
f.       Periksa ulang draft yang telah dihasilkan

Kegiatan penyusunan draft modul hendaknya menghasilkan draft modul yang sekurang-kurangnya mencakup:
a.    Judul modul; menggambarkan materi yang akan dituangkan di dalam modul;
b.    Kompetensi atau sub kompetensi yang akan dicapai setelah menyelesai kan mempelajari modul;
c.    Tujuan terdiri atas tujuan akhir dan tujuan antara yang akan dicapai peserta didik setelah mempelajari modul;
d.   Materi pelatihan yang berisi pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari dan dikuasai oleh peserta didik;
e.    Prosedur atau kegiatan pelatihan yang harus diikuti oleh peserta didik  untuk mempelajari modul;
f.     Soal-soal, latihan, dan atau tugas yang harus dikerjakan atau diselesaikan oleh peserta didik;
g.     Evaluasi atau penilaian yang berfungsi mengukur kemampuan peserta didik dalam menguasai modul;
h.    Kunci jawaban dari soal, latihan dan atau pengujian

3.        Uji Coba
Uji coba draft modul adalah kegiatan penggunaan modul pada peserta  terbatas, untuk mengetahui keterlaksanaan dan manfaat modul dalam pembelajaran sebelum modul tersebut digunakan secara umum. Uji coba draft modul bertujuan untuk;
a.       mengetahui kemampuan dan kemudahan peserta dalam memahami dan  menggunakan modul;
b.      mengetahui efisiensi waktu belajar dengan menggunakan modul; dan
c.       mengetahui efektifitas modul dalam membantu peserta mempelajari dan  menguasai materi pembelajaran.
Untuk melakukan uji coba draft modul dapat diikuti langkah-langkah sebagai berikut.
a.       Siapkan dan gandakan draft modul yang akan diuji cobakan sebanyak peserta yang akan diikutkan dalam uji coba.
b.      Susun instrumen pendukung uji coba.
c.       Distribusikan draft modul dan instrumen pendukung uji coba kepada peserta uji coba.
d.      Informasikan kepada peserta uji coba tentang tujuan uji coba dan kegiatan  yang harus dilakukan oleh peserta uji coba.
e.       Kumpulkan kembali draft modul dan instrumen uji coba.
f.       Proses dan simpulkan hasil pengumpulan masukan yang dijaring melalui instrumen uji coba.
Dari hasil uji coba diharapkan diperoleh masukan sebagai bahan penyempurnaan draft modul yang diuji cobakan. Terdapat dua macam uji coba yaitu uji coba dalam kelompok kecil dan uji coba lapangan. Uji coba kelompok kecil adalah uji coba yang dilakukan hanya kepada 2 - 4 peserta didik, sedangkan uji coba lapangan adalah uji coba yang dilakukan kepada peserta dengan jumlah 20 – 30 peserta didik.

4.        Validasi
Validasi adalah proses permintaan persetujuan atau pengesahan terhadap kesesuaian modul dengan kebutuhan. Untuk mendapatkan penga kuan kesesuaian tersebut, maka validasi perlu dilakukan dengan melibatkan pihak praktisi yang ahli sesuai dengan bidang-bidang terkait dalam modul. Validasi modul bertujuan untuk memperoleh pengakuan atau pengesahan kesesuaian modul dengan kebutuhan sehingga modul tersebut layak dan cocok digunakan dalam pembelajaran. Validasi modul meliputi: isi materi atau substansi modul; penggunaan bahasa; serta penggunaan metode instruksional.
Validasi dapat dimintakan dari beberapa pihak sesuai dengan keahliannya masing-masing antara lain;
a.       ahli substansi dari industri untuk isi atau materi modul;
b.      ahli bahasa untuk penggunaan bahasa; atau
c.       ahli metode instruksional untuk penggunaan instruksional guna mendapatkan masukan yang komprehensif dan obyektif.
Untuk melakukan validasi draft modul dapat diikuti langkah-langkah sebagai berikut.
a.       Siapkan dan gandakan draft modul yang akan divalidasi sesuai dengan  banyaknya validator yang terlibat.
b.      Susun instrumen pendukung validasi.
c.       Distribusikan draft modul dan instrumen validasi kepada peserta validator.
d.       Informasikan kepada validator tentang tujuan validasi dan kegiatan yang harus dilakukan oleh validator.
e.       Kumpulkan kembali draft modul dan instrumen validasi.
f.       Proses dan simpulkan hasil pengumpulan masukkan yang dijaring melalui instrumen validasi.
Dari kegiatan validasi draft modul akan dihasilkan draft modul yang mendapat masukkan dan persetujuan dari para validator, sesuai dengan bidangnya. Masukkan tersebut digunakan sebagai bahan penyempurnaan modul.

5.        Revisi
Revisi atau perbaikan merupakan proses penyempurnaan modul setelah memperoleh masukan dari kegiatan uji coba dan validasi. Kegiatan revisi draft modul bertujuan untuk melakukan finalisasi atau penyempurnaan akhir yang komprehensif terhadap modul, sehingga modul siap diproduksi sesuai dengan masukkan yang diperoleh dari kegiatan sebelumnya, maka  perbaikan modul harus mencakup aspek-aspek penting penyusunan modul diantaranya yaitu;
a.       pengorganisasian materi pembelajaran;
b.       penggunaan metode instruksional;
c.       penggunaan bahasa; dan
d.      pengorganisasian tata tulis dan perwajahan.
Mengacu pada prinsip peningkatan mutu berkesinambungan, secara terus menerus modul dapat ditinjau ulang dan diperbaiki.[9]

D.           Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran dengan Menggunakan Modul
Modul mempunyai kelebihan dan kelemahan sebagaimana yang dikemukakan oleh Vembriarto (1981: 25). Kelebihan menggunakan modul dalam proses belajar mengajar antara lain:
1.      Mengatasi keterbatasan waktu, ruang, dan daya indera, baik siswa maupun guru.
2.      Dapat digunakan secara tepat dan bervariasi, seperti untuk meningkatkan motivasi atau gairah belajar, mengembangkan kemampuan dalam berinteraksi langsung dengan lingkungan belajar.
3.      Memungkinkan siswa dapat mengukur atau mengevaluasi sendiri hasil belajarnya.
4.      Siswa  lebih aktif belajar.
5.      Guru dapat berperan sebagai pembimbing, bukan semata-mata sebagai pengajar.
6.      Membiasakan siswa untuk percaya pada diri sendiri.
7.      Adanya kompetisi yang sehat antar siswa.
8.      Dapat meringankan beban guru.
9.       Belajar lebih efektif, dan evaluasi perbaikan yang cukup berarti.
10.  Sistem ini dapat menyerap perhatian anak sehingga pelajaran menunjukkan lebih berhasil apabila dibandingkan dengan ceramah.
Kelemahan penggunaan modul dalam proses pembelajaran sebagaimana yang  dikemukakan oleh Vembriarto antara lain:
1.      Kesukaran pada siswa tidak segera dibatasi.
2.      Tidak semua siswa dapat belajar sendiri, melainkan membutuhkan bantuan guru.
3.      Tidak semua bahan dapat dimodulkan dan tidak semua guru mengetahui cara pelaksanaan pembelajaran menggunakan modul.
4.      Kesukaran penyiapan bahan dan memerlukan banyak biaya dalam pembuatan modul.
5.      Adanya kecenderungan siswa untuk tidak mempelajari modul secara baik.[10]







BAB III
PENUTUP

A.           Kesimpulan

1.      Modul ialah suatu kesatuan yang utuh,  terdiri dari serangkaian kegiatan belajar, yang secara nyata telah memberikan hasil belajar yang efektif dalam mencapai tujuan yang telah dirumuskan secara jelas dan spesifik (Mbulu. 2001: 89). Modul mempunyai karakteristik: (1) memungkinkan seseorang belajar secara mandiri dan tidak tergantung kepada pihak lain (self instruction), (2) memuat seluruh materi yang dibutuhkan dalam pembelajaran (Self Contained), (3)  tidak tergantung pada bahan ajar/media lain, atau tidak harus digunakan bersama-sama dengan bahan ajar/media lain (berdiri Sendiri/Stand Alone), (4) memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap perkembangan ilmu dan teknologi (adaptif), (5)  bersahabat/akrab dengan pemakainya (user friendly) (Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.2008:4). Dalam penelitian ini, modul ada modifikasi dari pengertian tersebut, yaitu modul digunakan di kelas.  Pada awal pembelajaran siswa belajar menggunakan modul, tetapi pada pembahasan tetap secara klasikal.
2.      Pengembangan modul dapat dilakukan dengan berbagai cara
antara lain adaptasi yaitu modul yang dikembangkan dengan menentukan  salah satu buku yang ada dipasaran, kemudian menggunakannya  secara utuh atau sebagian materi yang relevan untuk  dipembelajarannya; kompilasi yaitu modul yang  dikembangkan berdasarkan materi dalam buku-buku yang ada di  pasaran, artikel jurnal ilmiah, atau modul yang sudah ada  sebelumnya dengan menggunakan garis-garis besar program  pembelajaran atau silabus yang disusun oleh penulis sebelumnya; dan menulis sendiri yaitu penulis menulis sendiri modul  yang dipergunakan dalam pembelajaran sesuai dengan kebutuhan  siswa dalam suatu mata pelajaran (Purwanto & dkk, 2007). Dalam  pengembangan modul ini penulis menggunakan metode kompilasi,  karena masih menggunakan beberapa referensi untuk menyusun  kegiatan pembelajaran.





DAFTAR PUSTAKA

Anggun, A. 2008. Pengertian dan Karakteristik Modul . Bandung.
Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu  Pendidik Dan Tenaga Kependidikan  Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Penulisan Modul. Jakarta.
Khairunnisa, Ulfa. 2016. Pengembangan E-Modul Materi Coreldraw X6   Pada Mata Pelajaran Prakarya Dan Kewirausahaan Untuk Siswa Sekolah Menengah Atas Kelas X, Yogyakarta: Universitas negeri Yogyakarta.
Muslim, Bahtiar. 2014. Efektivitas Penggunaan Modul Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Upaya Pencapaian Hasil Belajar Siswa  Kelas IX SMP Negeri 4 Kalasan. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Prastowo, Andi . 2014. Pengembangan Bahan Ajar Tematik, Cet. I. Jakarta: Kencana.
Shofan, Moh. dkk. 2010. Pengembangan Modul Pembelajaran Bilangan Bulat Dengan Pendekatan Kontekstual  Untuk Siswa Kelas IV SD/MI. Malang: Universitas Negeri Malang.




[1] Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu  Pendidik Dan Tenaga Kependidikan  Departemen Pendidikan Nasional, Penulisan Modul, (Jakarta: 2008) hlm. 3
[2] A. Anggun, Pengertian dan Karakteristik Modul (Bandung: 2008) hlm.6
[3] Dikutip dari Tim penyusun Direktorat Pembinaa Sekolah Menengah Atas Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Depdiknas dalam Buku Andi Prastowo, Pengembangan Bahan Ajar Tematik Cet.I, (Jakarta:Kencana, 2014) hlm. 208
[4] Andi Prastowo, Pengembangan Bahan Ajar Tematik, Cet. I, (Jakarta:Kencana, 2014) hlm. 209
[5] Moh. Shofan, dkk., Pengembangan Modul Pembelajaran Bilangan Bulat Dengan Pendekatan Kontekstual  Untuk Siswa Kelas IV SD/MI, (Universitas Negeri Malang, Malang:2010) hlm. 1-2

[6] Penulisan Modul, Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu  Pendidik Dan Tenaga Kependidikan  Departemen Pendidikan Nasional, (Jakarta: 2008) hlm. 3-5
[7] Ulfa Khairunnisa, Pengembangan E-Modul Materi Coreldraw X6   Pada Mata Pelajaran Prakarya Dan Kewirausahaan Untuk Siswa Sekolah Menengah Atas Kelas X, (Universitas negeri Yogyakarta: Yogyakarta, 2016) hlm. 22-23
[8] Moh. Shofan, dkk., Pengembangan Modul Pembelajaran Bilangan Bulat Dengan Pendekatan Kontekstual  Untuk Siswa Kelas IV SD/MI, (Universitas Negeri Malang, Malang:2010) hlm. 3
[9] Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu  Pendidik Dan Tenaga Kependidikan  Departemen Pendidikan Nasional, Penulisan Modul, (Jakarta: 2008) hlm. 12-16
[10] Bahtiar Muslim, Efektivitas Penggunaan Modul Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Upaya Pencapaian Hasil Belajar Siswa  Kelas IX SMP Negeri 4 Kalasan, (Universitas Negeri Yogyakarta: 2014) hlm. 27-28.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar